Beranda | Artikel
Inilah Dalil Rincian Dam Jika Melakukan Larangan Ihram
Kamis, 22 Juni 2023

Dalil kali ini merinci tentang dam jika melakukan larangan ihram karena mencukur rambut, menutup kepala, dan memakai wewangian.

 

 

Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani

 

كِتَابُ اَلْحَجِّ

Kitab Haji

 

بَابُ اَلْإِحْرَامِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ

BAB SEPUTAR IHRAM DAN YANG TERKAIT DENGANNYA

 

Hadits #738

وَعَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ ( قَالَ: { حُمِلْتُ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ ( وَالْقَمْلُ يَتَنَاثَرُ عَلَى وَجْهِي, فَقَالَ: ” مَا كُنْتُ أَرَى اَلْوَجَعَ بَلَغَ بِكَ مَا أَرَى, تَجِدُ شَاةً ? قُلْتُ: لَا. قَالَ: ” فَصُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ, أَوْ أَطْعِمْ سِتَّةَ مَسَاكِينَ, لِكُلِّ مِسْكِينٍ نِصْفُ صَاعٍ ” } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku dihadapkan ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kutu-kutu bertaburan di mukaku. Lalu beliau bersabda, ‘Aku tidak mengira penyakitmu separah yang kulihat, apakah engkau mampu menyembelih seekor kambing?’ Aku menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bersabda, ‘Berpuasalah tiga hari, atau berilah makan enam orang miskin masing-masing setengah sha’.’” (Muttafaqun ‘alaih). [HR. Bukhari, no. 1816 dan Muslim, no. 1201, 85]

 

Faedah hadits

  1. Barang siapa dalam keadaan berihram dan membutuhkan melakukan pelanggaran ihram seperti mencukur rambut karena ada kutu yang darurat mesti dihilangkan, atau karena alasan sakit, lalu ia mencukurnya saat ihram, maka wajib baginya menunaikan fidyah. Alasannya adalah ayat,

فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ بِهِۦٓ أَذًى مِّن رَّأْسِهِۦ فَفِدْيَةٌ مِّن صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ

Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berqurban.” (QS. Al-Baqarah: 196).

Yang dimaksud fidyah di sini adalah memilih di antara tiga:

(a) berpuasa selama tiga hari (tidak mesti berurutan),

(b) memberi sedekah kepada enam orang miskin masing-masing sebanyak setengah sha’,

(c) nusuk yaitu menyembelih satu kambing (sesuai syarat dalam penyembelihan qurban). Kambing dan semacamnya dalam hal ini disebut nasiikah.

Baca juga: Memahami Fidyah dan Dam dalam Haji

 

  1. Ka’ab mencontohkan bahwa dalam memilih, hendaklah diambil yang paling tinggi. Inilah yang dilakukan ketika difatwakan atau diberikan berbagai pilihan.
  2. Sebab pelarangan mencukur rambut disamakan untuk menutup kepala saat ihram. Semuanya disebabkan tarofuh, yaitu bersenang-senang.
  3. Dalam hadits disebutkan larangan mencukur rambut kepala. Larangan ini diberlakukan pula pada mencukur rambut badan. Mencukur rambut kepala dan badan sama-sama termasuk dalam larangan ihram. Dalam ayat disebutkan,

ثُمَّ لْيَقْضُوا۟ تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا۟ نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا۟ بِٱلْبَيْتِ ٱلْعَتِيقِ

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj: 29).

Yang dimaksud dengan tafats—sebagaimana perkataaan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma–adalah melempar jumrah, menyembelih, mencukur atau memendekkan rambut, memotong kumis, dan kuku. Hal ini menunjukkan bahwa memotong rambut kepala maupun badan termasuk yang dilarang ketika berihram. Inilah pendapat Mujahid dan ‘Ikrimah serta ulama lainnya sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (4:84-85).

Pakar bahasa seperti Al-Jauhari berkata bahwa tafats dalam manasik yang dimaksud adalah memotong kuku, memotong kumis, mencukur rambut kepala, mencukur buku kemaluan, melempar jumrah, menyembelih hewan, dan semacamnya. Lihat Ash-Shahah, 1:274, sebagaimana dinukil dari Minhah Al-‘Allam, 5:239.

Baca juga: Tafsiran Surah Al-Hajj ayat 29

  1. Fidyah karena mencukur rambut berkedudukan sebagaimana nusuk, hanya diberikan kepada orang miskin di tanah haram. Walau sebagian pendapat menyatakan tidak mesti diberikan di tanah haram.

 

Baca juga:

 

Referensi:

  • Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Ketiga. 5:235-239.
  • Fiqh Bulugh Al-Maram li Bayaan Al-Ahkaam Asy-Syar’iyyah. Cetakan pertama, Tahun 1443 H. Syaikh Prof. Dr. Muhammad Musthafa Az-Zuhaily. Penerbit Maktabah Daar Al-Bayan. 2:616-617.

 

 

Diselesaikan di Makkah, 27 Dzulqa’dah 1444 H, 15 Juni 2023

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/36975-inilah-dalil-rincian-dam-jika-melakukan-larangan-ihram.html